Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Rochi Putiray Ungkap Pelajaran Kegagalan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026: Tak Sabar Melalui Sebuah Proses

Rochi Putiray Ungkap Pelajaran Kegagalan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026: Tak Sabar Melalui Sebuah Proses

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-11-12 21:30:02
Dilihat:3 Pujian
Para pemain starting XI Timnas Indonesia U-17 berfoto sebelum dimulainya laga pertama Grup A Piala Dunia U-17 menghadapi Timnas Ekuador U-17 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jumat (10/11/2023) malam WIB. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Jakarta - Mantan pemain Timnas Indonesia era 90-an, Rochi Putiray, memiliki pandangan seputar kegagalan skuad Garuda lolos ke Piala Dunia 2026.

Ia menyoroti tidak adanya kesabaran dalam melakukan sebuah proses yang ada di kepengurusan PSSI.

Seperti diketahui, Timnas Indonesia harus melupakan impian tampil di Piala Dunia 2026. Kekalahan dari Arab Saudi dan Irak putaran keempat kualifikasi zona Asia sebagai penyebabnya.

Dua kekalahan itu memastikan tim Merah-Putih finis di posisi terbawah Grup B, dan tidak lolos sekalipun melalui jalur play-off atau putaran kelima.

Hasil yang sekaligus membuat karier Patrick Kluivert dan semua stafnya di Timnas Indonesia berakhir lantaran tak lama berselang, mereka diberhentikan dari pekerjaannya.

Dalam video unggahan di kanal Youtube "Iluminar" yang tayang pada Sabtu (8-11-2025), Rochi Putiray membeberkan beberapa poin mengenai kegagalan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026.


Pentingnya Sebuah Kesabaran

Pelatih kepala Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, dikerumuni para wartawan usai sesi latihan di Lapangan A, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (31/8/2024) sebagai persiapan jelang menghadapi Arab Saudi pada putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. (Bola.com/Abdul Aziz)

Menurut Rochi Putiray, pengurus PSSI masih belum lepas dari budaya instan, terutama dari segi pemberdayaan seorang pelatih.

Sebelum masa waktu 10 bulan Patrick Kluivert bekerja memimpin skuad Garuda, lebih dulu diawali oleh Shin Tae-yong. Pelatih asal Korea Selatan itu bekerja mulai tahun 2020 hingga digantikan Kluivert di awal tahun 2025.

Beberapa pencapaian ditorehkan Timnas Indonesia era STY, tetapi ia tak tuntas lantaran digantikan Kluivert "di tengah perjalanan".

"Banyak hal sih. Maksudnya, dari salah satu yang paling penting itu, kesabaran. Artinya, dari dari manajemen atau dari pengurus bisa lebih sabar pada saat membuat satu program jangka panjang," ujar Rochy. 

"Lebih sabar dengan keputusan, dengan pada saat pelatih yang sudah dipilih untuk menunggu hasil. Tidak ada yang instan. Artinya, kesabaran itu butuh proses. Nah, proses itu yang kita belum bisa lewati," lanjutnya.


Punya Potensi

Asisten pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor, dalam latihan resmi menjelang laga putaran ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Senin (24/03/2025). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Timnas Indonesia punya skuad mumpuni dengan mayoritas pemain dengan garis keturunan Indonesia-Belanda. Sebagian dari mereka bermain di klub-klub terkenal Eropa, seperti Jay Idzes (Sassuolo), Kevin Diks (Monchengladbach), Calvin Verdonk (Lille), dan Miliano Jonathans (Utrecht).

"Sebenarnya bukan masalah masalah layak apa enggak layak, tapi kesiapan secara mental, kita juga belum siap. Kesiapan kita, terutama federasi mempersiapkan diri untuk mengurus itu dengan benar," kata Rochi Putiray.

"Seperti sekarang dengan materi yang ada, semua orang bilang enggak layak misalkan, atau pelatih enggak layak, semua orang bilang enggak layak. Nyatanya, toh mereka bisa lolos sampai sejauh ini dengan materi terbatas. Yang membuat tidak lolos bukan pemainnya," tegas pemilik 41 caps di Timnas Indonesia ini.


Soal Adaptasi

Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, memberikan arahan kepada anak asuhnya saat memimpin latihan perdana untuk persiapan laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Bali United Training Center (BUTC) Kabupaten Gianyar, Senin (26/5/2025). (Bola.com/Alit Binawan)

Dengan pengalamannya sebagai mantan pemain, Rochy menjelaskan pentingnya adaptasi dengan sebuah tim, apalagi seorang pelatih.

"Soal adaptasi, jangan lupa, bagaimana mau mengharapkan sebuah tim yang bagus dan hebat dengan waktu enam bulan saja? Sedangkan Shin Tae-yong membentuk tim ini sampai bisa lolos sampai tahap ini butuh lebih dari lima tahun dan prosesnya itu sangat luar biasa," ulasnya.

"Lalu, orang bilang kendala dengan bahasa, tapi toh bisa. Nah, sekarang dengan pelatih yang sama bahasanya, sama semuanya sama, tapi kenapa enggak bisa? Ya enggak mungkin dia bisa adaptasi dengan pemain yang ada, karena adaptasi itu satu hal yang paling paling susah dilewati buat semua orang," imbuh Rochy, yang kini berusia 55 tahun.

 

Sumber: Kanal Youtube Iluminar

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}