Kerjasama Bisnis TG:@LIUO9527
Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Rekam Jejak Jersey Timnas Indonesia: Mulai dari Kostum Abal-Abal ke Nike hingga Erspo, OTW Balik ke Adidas Lagi Nih?

Rekam Jejak Jersey Timnas Indonesia: Mulai dari Kostum Abal-Abal ke Nike hingga Erspo, OTW Balik ke Adidas Lagi Nih?

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-07-10 16:30:03
Dilihat:10 Pujian
Jersey tandang baru Timnas Indonesia (c) Dok. ERSPO

Jakarta - Timnas Indonesia segera memiliki sponsor apparel baru. PSSI baru-baru ini membuka tender terbuka untuk siapa saja yang ingin menjadi sponsor anyar jersey tempur Tim Garuda.

Periode sponsor itu akan berlaku pada 2026 hingga 2030. Nantinya, merek yang terpilih tidak hanya akan mendukung kebutuhan apparel Timnas Indonesia sepak bola saja. Mereka juga akan mendukung kebutuhan Timnas Futsal Indonesia.

"PSSI melalui PT Garuda Sepak Bola Indonesia (GSI) membuka tender terbuka (open tender) untuk sponsorship apparel Tim Nasional Sepak Bola dan Tim Nasional Futsal Indonesia periode 2026-2030," begitu pernyataan resmi PSSI, Kamis (3/7/2025).

"Tender ini meliputi kategori baju, sepatu, dan aksesoris yang akan digunakan seluruh komponen Timnas Indonesia dalam kegiatan resmi nasional maupun internasional."

"PSSI sebagai induk organisasi sepak bola nasional, bersama PT GSI selaku entitas pengelola komersial resmi, berkomitmen meningkatkan standar profesionalisme, kemandirian finansial, serta penguatan identitas nasional dalam kancah olahraga dunia. Oleh karena itu, pemilihan mitra apparel dilakukan melalui proses yang terbuka, transparan, dan kompetitif," sambung PSSI.

 


Syarat dan Masa Berlaku

Bek Timnas Indonesia, Sandy Walsh dengan jersey baru (Dok. Erspo)

PSSI memiliki syarat bagi setiap merek yang ingin mengikuti proses tender terbuka. Mereka harus memiliki kemampuan yang bagus.

Baik dalam hal kemampuan produksi, distribusi, pengalaman dan tentu saja harus mampu menghasilkan perlengkapan olahraga yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan para pemain Timnas Indonesia.

"Tender ini terbuka untuk semua perusahaan berbadan hukum yang memiliki kemampuan produksi, distribusi, pengalaman yang memadai dalam penyediaan apparel olahraga profesional dan memiliki kapabilitas, track record yang teruji, komitmen pada kualitas dalam semua aspek produksi hingga distribusi, dan tentu memiliki visi yang sejalan untuk membangun sepak bola Indonesia dalam tujuan membawa Garuda Mendunia," jelas PSSI.

PSSI membuka pendaftaran tender hingga 21 Juli mendatang. Perusahaan dari dalam maupun luar negeri diharapkan bisa ikut berpartisipasi.

"Adapun batas waktu konfirmasi keikutsertaan 10 Juli 2025 dan tenggat pengiriman proposal pada 21 Juli 2025. Pemenang tender dipilih berdasarkan proses seleksi ketat, termasuk penilaian proposal, presentasi, rekam jejak perusahaan, kemampuan teknis, serta komitmen dukungan terhadap Timnas Indonesia. Apparel yang dihasilkan akan digunakan pemain, pelatih, ofisial tim, wasit, dan pengurus, baik di tim nasional sepak bola maupun futsal," tandas PSSI.

Selama ini kebutuhan apparel Timnas Indonesia didukung merek lokal, Erspo. Sebelumnya, ada pula merek lokal lain yakni Mills yang menjadi sponsor Tim Garuda. Apakah nanti PSSI akan mempercayakan kostum Timnas Indonesia kepada merek lokal, atau beralih kembali ke merek luar negeri?

 


Sejarah Apparel Timnas Indonesia

Jersey Timnas Indonesia saat berlaga di Piala Asia 2004. (Bola.com/Rep. Tabloid Bola)

Dalam sejarahnya, PSSI pernah beberapa kali bermitra dengan apparel lokal pada rentang waktu 1960 hingga 1990-an, saat Tim Merah-Putih belum dilirik perusahaan penyedia jersey sepak bola raksasa dunia macam Adidas dan Nike. Kedua perusahaan itu lebih berminat mensponsori tim-tim di percaturan elite.

Timnas Indonesia, jangankan lolos ke Piala Dunia, bermain di level Piala Asia prestasinya relatif pas-pasan. Walau sejatinya, massa sepak bola fanatik di negara kita merupakan potensi pasar yang besar.

Pada era 1990 hingga awal 2000-an, Timnas Indonesia rajin menggunakan kostum dengan logo-logo brand besar macam, Adidas, Diadora, atau Nike, saat berlaga di pentas internasional. Namun, jersey-jersey tersebut dibeli PSSI dari distributor, alias tidak ada ikatan bisnis apa-apa.

"Paling mentok PSSI minta harga diskon dari mereka. Mereka belum menghitung kita sebagai mitra bisnis yang menguntungkan," cerita Nugraha Besoes, Sekjen PSSI di era Azwar Anaz dan Nurdin Halid.

Pada era itu, PSSI tak kekurangan ide untuk mengakali pengeluaran besar membeli jersey. Mereka bermitra dengan garmen lokal untuk menduplikasi kostum-kostum dengan logo brand besar.

Bambang Sucipto, pengurus Persija Jakarta, yang punya bisnis garmen intens memasok jersey-jersey replika buat Timnas Indonesia. Sempat mencuat guyonan: Adidas Made in Bangcip (singkatan nama Bambang Sucipto), dikalangan pemain Tim Garuda.

"Kalau dilihat dari jauh, kelihatannya sama. Tapi kalau sudah memakainya langsung rasanya beda. Kostum timnas produksi garmen lokal bahannya agak tebal dan cenderung berat. Mungkin tujuannya biar awet, walau malah bikin pemain kepanasan," cerita Sudirman, bintang Timnas Indonesia di era 1990-an.

"Mungkin sekarang kalau dipakai, malu rasanya," imbuh Patar Tambunan, pilar Tim Merah-Putih di SEA Games 1987 sambil terkekeh.

Walau kualitasnya di bawah produk asli, nyatanya para pemain Timnas Indonesia periode itu sangat bangga. "Kualitas nomor dua, yang paling penting momennya. Kostum yang kami pakai punya banyak kenangan. Hal itu tak terbayar dengan apapun," papar Bambang Nurdiansyah, striker Timnas Indonesia yang sukses memenangi gelar SEA Games 1991.

 


Mulai Dilirik Apparel Ternama

Timnas Indonesia dibawah asuhan Ivan Kolev berhasil mencukur Timnas Filipina dengan skor 13-1. Bambang Pamungkas dan Zaenal Arif paling banyak menjebol gawang Filipina dengan masing-masing empat gol. (AFP/Weda)

Memasuki periode awal 2000-an, Timnas Indonesia mulai dilirik perusahaan-perusahaan apparel asing. Walau pasokan kostumnya hanya sebatas kerja sama barter. PSSI hanya mendapat pasokan jersey, tanpa mendapat rupiah sepeser pun.

Pada periode 2000 hingga 2003, Timnas Indonesia sempat menggunakan kostum bermerek Nike dan Adidas. Cerita lucu terjadi di Piala Asia 2003.

Saat itu asisten manajer Timnas Indonesia, Muhammad Ghazali, melakukan sebuah terobosan. Ia berani mensponsori jersey Tim Garuda. Kebetulan yang bersangkutan punya brand pakaian Ghazali Sports di Semarang.

Jadilah Ponaryo Astaman dkk. menggunakan jersey bermerek lokal Ghazali Sports pada saat berlaga di China. Pada awalnya, desain milik Ghazali Sports banjir kritik.

Kostum Timnas Indonesia dianggap norak. Ghazali sempat melontarkan kesedihannya, ketika jersey milik perusahaan garmennya dicaci. "Sedih saya, niat hati ingin menonjolkan logo Garuda di dada kostum untuk mengobarkan semangat para pemain, eh malah dihujat," katanya.

Ivan Kolev dan para pemain Timnas Indonesia tak mempersoalkan kualitas bahan jersey yang mereka pakai. "Lumayan enak dipakai, tidak seberat jersey yang dipakai klub," kata Ponaryo Astaman, gelandang Timnas Indonesia saat itu.

Selain dipakai di Piala Asia 2004, jersey dengan brand Ghazali Sports sempat wira-wiri pada Kualifikasi Piala Dunia 2006.

 


Kontrak Profesional

Piala AFF 2004 jadi momen membanggakan bagi Timnas Indonesia. Untuk kali pertama di event internasional, Tim Merah-Putih menggunakan jersey brand besar disertai kontrak bisnis yang menguntungkan. Timnas Indonesia yang saat itu dibesut Peter Withe menggunakan kostum dengan merek Adidas.

Perusahaan asal Jerman itu menjalin kontrak kerja sama dengan PSSI selama dua tahun. "Ketertarikan Adidas mensponsori Timnas Indonesia sebuah kebanggaan bagi PSSI. Tak usah saya sebut nominal kontraknya, pastinya angkanya sangat bagus," kata Nurdin Halid, Ketua Umum PSSI saat itu.

Selain menyokong timnas, Adidas juga mensponsori secara pribadi tiga pilar Tim Garuda: Boaz Solossa, Ilham Jayakesuma, dan Ortizan Solossa. Ketiganya merupakan bintang di Piala AFF 2004.

Adidas sukses meraih keuntungan finansial dengan menyuplai jersey ke Timnas Indonesia. Jersey Tim Merah-Putih saat itu laku keras di gerai-gerai Adidas. Masyarakat pencinta sepak bola Tanah Air mau merogoh kocek mahal Rp500 ribu untuk bisa mempunyai jersey Timnas Indonesia.

Kesuksesan Adidas, dicermati pesaing utamanya Nike. Begitu kontrak antara PSSI dengan perusahaan asal Jerman tersebut habis pasca-Piala AFF 2007, Nike langsung menyodorkan kontrak jangka panjang dengan nilai wah.

Perusahaan asal Amerika Serikat itu kabarnya menggelontorkan dana Rp10 miliar per tahun buat kerja sama bisnis dengan PSSI.

Ajang Piala Asia 2007 yang dihelat di empat negara Asia Tenggara: Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia, dipakai Nike buat menggaet pasar di kawasan ini. Negara-negara tuan rumah kesemuanya disponsori Nike.

Kerja sama antara PSSI dengan Nike berlangsung cukup lama. Perusahaan tersebut menyokong Timnas Indonesia hingga 2019. Mereka sama sekali tak terpengaruh dengan konflik yang terjadi di PSSI, atau buruknya citra sepak bola Indonesia karena rentetan kasus kontroversial.

Nike melihat potensi pasar Indonesia sangat menjanjikan. Indonesia jadi negara dengan jumlah penikmat sepak bola terbesar di Asia, dan dari sisi prestasi juga tidak istimewa-istimewa amat.

 


Brand Lokal Ikut Bersaing

Jersey kandang baru Timnas Indonesia. (Potongan layar Instagram Mills).

Setelah periode itu, brand-brand lokal Indonesia tak mau kalah untuk bersaing. Pada 2020, PSSI secara resmi memperkenalkan Mills sebagai official apparel Timnas Indonesia. Mills merupakan brand dari perusahaan lokal, PT Mitra Kreasi Garmen. Keterlibatan perusahaan lokal memasok kostum Tim Merah-Putih bukan kali pertama terjadi.

Mills akan memenuhi kebutuhan Timnas Indonesia dari segala usia dan untuk Timnas Wanita. Selain itu, Mills akan menyuplai kegiatan PSSI di antaranya kursus pelatih, kursus perwasitan, dan untuk asosiasi provinsi. Apparel asli Indonesia ini diharapkan menjadi produk yang berkualitas dan membanggakan.

Penunjukkan Mills sebagai apparel resmi Timnas Indonesia sempat memicu kontroversi. Pasalnya, PSSI sempat menjalin mitra dengan perusahaan asing asal Thailand, Warrix.

Saat ini, Timnas Indonesia bekerja sama dengan Erspo, juga merupakan brand lokal, untuk memproduksi jersey mereka sejak 2024. Kerja sama PSSI dengan Erspo terjalin selama dua tahun dengan nilai kontrak senilai Rp16,5 miliar.

Kabar terbaru muncul rumor yang menyebutkan bahwa Adidas bakal kembali menjadi apparel resmi Timnas Indonesia untuk periode selanjutnya, atau setelah berakhirnya kerja sama PSSI dengan Erspo.

Layak ditunggu apparel mana yang akan menempel di seragam tempur tim berlogo Garuda nanti?

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}