
Gianyar- Bali United hanya meraih dua poin saja dari tiga pertandingan awal di BRI Super League 2025/26. Poin itu hasil dari dua kali imbang dan satu kali menelan kekalahan.
Setelah ditahan imbang Persik Kediri dengan skor 1-1 dan Malut United dengan skor 3-3, Bali United kalah telak 2-5 dari Persebaya Surabaya dalam pekan ketiga BRTI Super League 2025/2026 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (23-8-2025).
Dari hasil itu tecermin; pertahanan Bali United rapuh dan dengan mudahnya dibobol lawan.
Sembilan gol dalam tiga pertandingan, menjadikan Bali United sebagai tim paling banyak kebobolan di BRI Super League hingga Minggu siang (24-8-2025). PSBS Biak menempel di urutan kedua dengan jumlah kebobolan tujuh gol.
Situasi ini membuat suporter Bali United kecewa. Bahkan dari komentar di akun Instagram resmi Bali United, tidak sedikit yang merindukan Stefano Cugurra.
Pertandingan seru tersaji di Kejuaraan Dunia Voli Putri U-21! Timnas Indonesia U-21 yang sempat unggul harus rela kehilangan kemenangan setelah Korea Selatan melakukan comeback dramatis.
Menerima Kritikan

Apa yang dirasakan Bali United sekarang, menjadi konsekuensi perubahan gaya permainan di tangan Johnny Jansen.
Akan tetapi, performa beberapa pemain juga dicibir suporter, seperti Joao Ferrari, yang bermain kurang solid di lini pertahanan. Belum lagi posisi Tim Receveur yang tidak dalam skema terbaik.
Posisi asli Receveur adalah gelandang bertahan, tetapi pelatih Johnny Jansen memilih memainkannya sebagai bek tengah. Sedangkan kadek Arel Priyatna yang bermain reguler musim lalu, menjadi cadangan dalam tiga pertandingan awal.
Pelatih asal Belanda ini sadar dengan kritikan yang diterimanya.
"Persebaya bermain lebih baik. Kami membuat kesalahan dan mereka bisa menyelesaikannya. Dua pertandingan awal lebih baik, tapi sekarang tidak," ujar Jansen.
Jansen menganggap situasi ini menjadi sebuah konsekuensi karena bermain lebih agresif dan menyerang sejak menit pertama.
Suatu Kewajaran

Jika diperhatikan, Bali United sebenarnya lebih menerapkan formasi 4-2-4 dan mengandalkan counter attack yang agresif. Namun, titik lemah Serdadu Tridatu adalah lini pertahanan mudah dieksploitasi lawan, seperti saat dihajar Bajul Ijo.
"Ya, saya hanya ingin berkata, 'ini tidak baik.' Tapi, itulah konsekuensi dalam bermain bola. Kami tidak selalu bermain dengan pertahanan tinggi, kami bermain di garis tengah dan dengan pemain depan," jelas Jansen.
"Dan apabila kami menguasai bola, jangan sampai menghilangkan bola. Apabila kehilangan bola maka kami terkena serangan balik," tambah pelatih berusia 50 tahun ini.
Kendati belum meraih kemenangan dalam tiga pertandingan awal, Jansen mengaku hal tersebut tidak masalah dan menganggap sesuatu yang wajar karena apa yang dilakukan Bali United sekarang, jauh berbeda saat era Teco.
"Dengan cara kami bermain, ini tentu baru bagi kami. Kami harus bermain lebih baik dan ingin bermain sepak bola dengan gaya yang kami lakukan. Momen saat kami kehilangan bola, bagi saya terlalu mudah. Hal seperti itu tidak boleh dilakukan lagi. Kami sedang dalam proses yang lebih baik lagi," tegas Jansen.